Minggu, 11 Agustus 2013

Malam yang begitu gelap, diterangi bintang dengan bentuk sabitnya yang menyakala. Bukahan berarti memuja keindahan malam atau pun menyatakan indah malam ini, hanya saja mencoba untuk berpikir dan merenung sejenak. Memikirkan sesuatu, merenungkan suatu hal.!
Apa itu dan bagai mana hal tersebut ?
Inilah pikiran ini, selalu memikirkan sesuatu, dan merenungkan suatu hal yang jelas tetai belum dimengerti. Sesuatu hal yang seperti ini, jika di pikirkan jadi membuat kebingungan dan kegelisahan sampai-sampai membuat tidak bisa tidur, selalu terngiang-ngiang di pikiran. suatu hal yang merusak dan membahayakan, bila terlalu keras di renungkan, akan tetapi jika tidak ditentukan hanya akan menjadi beban yang sangat amat berat yang tidak tau kapan akan bisa melepas beban tersebut.
 Ya, bisa dikatakan seperti itu disaat seperti ini. Selalu diambang ke bingungan, ingin melepaskan ini susah, ingin membuang ini, bagaikan terikat tanpa tali. tapi bagai manapun itu, cepat atau pun lambat pasti akan di hadapi, entah mendapat baik atau buruk, bisa di siapkan dari sekarang. toh kalau hasilnya buruk, sudah siap tuk menerimanya, yang pentung berbuat sebaik mungkin dan se maksimal mungkin, kalaupun hasilnya baik anggap saja sebagai bonus, biar tuk kedepan nya lebih semangat tuk berbuat lebih,meraih hasil yang semaksimal mungkin.

Sabtu, 06 Juli 2013

coba pikirkan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sekaligus sebagai makhluk yang paling tidak sempurna. Mungkin bisa dikatakan demikian, sebab sebagai manusia, di berikan suatu karunia yang paling baik sekaligus yang paling jahat. Bisa dikatakan karunia tersebut adalah pikiran.
 Pikiran, dengan memikirkan sesuatu manusia bisa menjadi sangat bermanfaat bagi kehidupannya, dan bahkan bumi ini. akan tetapi karena memikirkan sesuatu pula manusia bisa jadi sangat berbahaya bagi dirinya sendiri bahkan bumi ini. Pikiran, dengan pikiran manusia bisa jahat, baik, bingung dan gila. pikiran yang membuat hal tersebut menjadi nyata, pikiran yang membuat hal tersebut menjadi dilakukan dan karena pikiran pula manusia menjadi bingung. 
Bingung..............................................................................................
bingung, bosan, jenuh, adalah salah satu sifat manusia yang pasti dimiliki setiap manusia. "jika demikian, pernahkah anda merasa demikian.?" pertanyaan ini jika di pikirkan, jawabannya pasti "iya". "kenapa demikian.?" jika muncul pertanyaan ini, jawabannya," bisa dikatakan setiap hari saya bosan, bosan untuk bangun dari tidur (bukan berarti saya ingin mati), bosan untuk mandi, bosan untuk sekolah, bosan untuk liburan, bosan untuk bikin tugas-tugas, bahkan untuk mengetik postingan ini pun saya bosan. ya jika dikatakan semua hal bagi saya membosankan, menjenuhkan." begitulah segelingtir pikiran ini, mau di kata apa pun susah. di kasi enak, mau susah, dikasi susah mau enak, di kasi dua-daunya jadinya bingung, di kasi hujan sepanjang hari, dagang es-nya protes, tapi jika di kasi panas sepanjang hari petaninya yang marah-marah.
inilah makhluk tersebut. susah dimengerti sekaligus mudah untuk di pahami. tapi yang jelas makhluk tersebut akan selalu mempunyai pikiran yang baik untuk dirinya, selalu mengeluh, mencari kambing untuk di hitamkan, dan selalu protes akan apa yang menimpanya. rasanya tidak adil jika hanya jelek yang di ungkap,  tapi jika mencari baiknya, sangat lah susah. ada orang yang mengatakan " melihat jeleknya seseorang, ribuan pun bisa didapatkan, tapi jika mencari baiknya orang, satupun susah dilihat oleh mata."

Selasa, 21 Mei 2013

harian.

selasa, 22, Mei 2013 
untuk hari ini, sebagai kekosongan jam mata kuliah, iseng-iseng ingin membuat subuah tulisan sebagai pengisi kebosanan didalam menunggu jam mata kuliah yang lain.  ingin membuat apa dan menulis apa ya itulah kebingungan yang di hadapi sekarang, serba bingung dan serba bosan. di saat sepreti ini, jadi terpikir, kenapa saya kuliah, buat apa saya kuliah, dan untuk apa saya kuliah.........................
mungkin untuk saat ing menjadi tanda tanya yang sangat besar di benak kepala ini. belum lagi kebingungan yang lain........... 
akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan berbagai macam saran serta perkataan yang diterima dari dosen, sahabat, rekan, dan orang tua. intinya sumua mengatakan "demi masa depan kamu" mendengar kata ini, memanglah benar, tapi bukan berarti bisa diterima begitu saja. dan sekarang ini mulai dipertanyakan lagi, apa mereka benar.....? ataukah ini salah.....???? kebingungan slalu menyertai...
sekarang hanya bisa berusaha dulu..... gagal, menyerah, pesimis, terjatuh, dan putus asa. itu blekangan sajan, yang penting mencoba dan mencoba, masalah lain ya..... sudahlah biarkan saja.

Sabtu, 18 Mei 2013

Tri Hita Karana



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Didalam agama Hindu,ada salah satu ajaran penyelaras hubungan kita dengan Tuhan,manusia,dan lingkungan. Yaitu ajaran atau konsep yang kita kenal dengan dengan nama Tri Hita Karana.
            Seperti yang telah diketahui bahwa ajaran Tri Hita Karana, mengajarkan bagaimana kita sebagai manusia untuk menjalin hubungan yang selaras baik dengan  Tuhan,manusia,dan maupun sekitar lingkungan kita. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman dan teknoligi, kita sebagai manusia pelan-pelan,dan sekit demi sedik melupakan tentang ajaran atau konsep Tri Hita Karana. Ini terbukti dari sifat dan tingkah laku kita sabagai manusia, yang semakin jauh dari Tuhan, yang sering menghujat,bertengkar dan berkelahi dengan sesame kita, dan kita sebagai manusia juga mengacuhkan dan bahkan tak memperdulikan lingkungan sekitar kita.
            Maka dari itu, marilah kita sebagai manusia makhluk yang tertinggi, yang mempunyai rasa dan pikiran. Untuk selalu menjaga keselarasan hubungan, baik dengan Tuhan, antar manusia dan dengan lingkungan sekitar kita. Agar ajaran atau konsep Tri Hita Karana tidak sekdar menjadi ajaran diatas buku, yang hanya sekedar kita baca tanpa tau arti dan makna ajaran tersebut.



Tujuan dan Manfaat
Tujuan
-agar menyadari tenteng makna dan arti ajaran Tri Hita Karana.
-mau menjalankan dan melaksanakan ajaran Tri Hita Karana.
-terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya sendiri,dan.
-menanamkan ajaran Tri Hita Karana didalam lubuk hati yang terdalam, demi tercapainya keselarasan hubungan kita.
Manfaat.
- sebagai landasan untuk terciptanya rasa hidup yang nyaman,tenteram,dan damai.
-menjalin hubungan yang harmonis didalam bermasyarakat.
- dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. 
- Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.dan,
- Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme.



BAB II
TELAAH PUSTAKA
            Pada saat manusia menganggap dirinya makhluk yang paling jaya, ketergantungannya yang mutlak terhadap alam mulai nampak. Ia tidak lagi seenaknya memperkosa alam. Dalam hal ini manusia sedang berada persimpangan jalan antara yang menuju kehancuran dan yang menuju kelestarian. Sejak jaman dahulu kala manusia telah secara intuitif merasakan bahwa dirinya adalah sebagai alam kecil (mikrokosmos), merupakan bagian dan bersatu dengan keseluruhan alam semesta (makrokosmos). Secara modern dan ilmiah diakui bahwa teori evolusi, adalah suatu proses yang alami dan tidak terhindarkan, sehingga seharusnya sekarang ini dapat memberikan dasar yang kuat pada manusia, untuk membangkitkan kembeli ikatan batin yang erat antara manusia dengan alam semesta.
            Sehubungan dengan itu manusia telah mengenal konsep kebenaran tentang hubungan antran mikrokosmos dengan makrokosmos dalam bentuk yang sederhana, namun  mempunyai nilai filosofis yang tinggi, yang pernah dipikirkan manusia, yang disebut Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah konsep tentang tiga penyebab yang memberikan kebahagiaan yaitu hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan sesamanya, dan hubungan harmonis manusia dengan alam lingkungannya. Konsep Tri Hita Karana pada dasarnya memberikan bimbingan pada manusia sebagai bhwana alit, agar memelihara kelestarian alam  bhwana agung sehingga terujud jagaditha (kedamaian dunia).
            Tri Hita Karana merupakan produk nilai kearifan local yang telah bersemayam dalam kalbu nenek moyang kita, di awal peradaban Jawa baik pada jaman Mataram Hindu, Kediri,

Singosari, Majapahit hingga Mataram Islam dibawah Pangeran Mangkubumi di kasultanan  Ngayogjakarta  Hadiningrat. Ketika  Majapahit mencapai senja kalaning kedhaton kala sirna hilang kerthaning bumi, sebangian penganut Hindu bermigrasi ke Pulau Dewata Bali dan menjadi penduduk mayoritas di sana. Begitupun konsep Tri Hita Karana kemudian terpelihara lestari di berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali dewasa ini.
            Secara sekilas kata Tri Hita Karana terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, Hita yang artinya sejahtera/bahagia, dan Karana artinya penyebeb. Ketiga penyebab kesejahteraan/kebahagiaan itu terdiri dari:
1.      Parahyangan
Parahyangan adalah merupakan kiblat setiap manusia (baca : Hindu) untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta ( sangkan paraning dumadi ) yang dikonkretisasikan dalam bentuk tempat suci.
2.      Pawongan,
pawongan merupakan pengejawantahan dari sebuah pengakuan yang tulus dari manusia itu sendiri, bahwa manusia tak dapat hidup menyendiri tanpa bersama-sama dengan manusia lainnya (sebagai makhluk sosial).
3.      Palemahan
palemahan adalah merupakan bentuk kesadaran manusia bahwa manusia hidup dan berkembang di alam, bahkan merupakan bagian dari alam itu sendiri.

akan membangun keseimbangan hidup karena memiliki sifat yang universal. Pada kenyataannya manusia sebagai pemegang kunci keberhasilan Tri Hita Karana, tetapi akhir-akhir ini ada kecenderungan pergeseran pola pikir dan perilaku manusia.

Dampak terbesar dari fenomena ini adalah kerusakan lingkungan yang semakin parah. Eksploitasi alam berimbas kepada terganggunya keharmonisan lingkungan. Berangkat dari esensi Tri Hita Karana dan dampak kontradiksi yang menyebabkan terganggunya ketidakseimbangan lingkungan mendorong lahirnya ide-ide untuk mewujudkannya ke dalam karya seni. Hal ini sekiranya dapat memberikan sumbangsih pemikiran tentang konsep Tri Hita Karana dan dampak kontradiksi pelaksanaannya melalui karya seni dan instalasi. Konsep Tri Hita Karana memberikan banyak ruang untuk ditransformasikan ke dalam bahasa visual.
Dan agar menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis supaya terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya.

ANALISIS Dan SINTESIS
ANALISIS

Berbicara mengenai konsep Tri Hita Karana, utamanya zaman sekarang, berarti berbicara mengenai relevansi. Tri Hita Karana memang merupakan sebuah konsep yang luhur yang diteruskan oleh leluhur kita di masa lalu, untuk membangun masyarakat sejahtera dalam kehidupan sekala maupun niskala. Namun zaman sekarang, konsepTri Hita Karana telah menyimpang dari segi pelaksanaannya. Kita semua mengetahui kosep yang berpedoman kepada keharmonisan manusia dengan alam, sesama, dan Tuhan itu, namun dewasa ini, masyarakat sepertinya baru mengenal hanya sebatas teori saja.Bagaimana penerapannya? Katakanlah  belum sempurna. Jangankan peraturan tidak membuang sampah ke sungai sebagai wujud keharmonisan manusia dengan alamnya,dalam mengadakan upacara yadnya pun kita sering bertengkar.“  
Konsep Trihitakarana dewasa ini hanya banyak diwacanakan tetapi tidak dilaksanakan sungguh-sungguh, baik oleh Pemerintah maupun oleh penduduk.Konsep ini sudah terbukti membawa kesejahteraan di masa lampau, namun lama-kelamaan dilanggar karena tidak ada suatu lembaga atau otoritas yang mengawasi pelaksanaannya.
Jadi selama ini Tri Hita Karana hanya berupa anjuran atau filosofi agama yang dikagumi tetapi tidak dihayati sehingga tidak tercermin dalam perilaku penduduk sehari-hari.
 
SINTESIS

Konsepsi Tri Hita Karana yang menjadi dasar dari pembentukan masyarakat Bali, mengacu pada pelaksanaan adat dan tujuan dari kehidupan beragama bagi masyarakat Bali, dan merupakan ciri dari kehidupan masyarakat dalam kesatuan adat . Konsepsi ini memberi penekanan pada terwujudnya nilai dan azas keseimbangan dalam kehidupan, untuk mencapai tujuan agama, terciptanya kedamaian, dan tercapainya kesejahteraan hidup bagi umat manusia. Hakekat dasar dari konsepsi ini adalah kesadaran manusia untuk mewujudkan azas keseimbangan dalam kehidupannya, dengan wujud pola-pola hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan-nya, dengan alam lingkungannya dan dengan sesamanya. Tiga wujud pola hubungan yang disebut dengan Parhyangan, Palemahan, Pawongan; adalah manifestasi dari
kehidupan dunia dengan segala isinya yang dibedakan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Dengan berlandaskan pada tujuan kehidupan beragama, yaitu menyatunya Atman dengan Paramaatman, dalam suatu bentuk penciptaan hubungan yang serasi dengan nilai keseimbangan dari hubungan antar ketiga unsur tersebut pada kehidupan.
Seperti dalam wadah desa pakraman, kahyangan tiga, yaitu Pura Desa sebagai tempat pemujaan Bhatara Brahma, Pura Puseh sebagai tempat pemujaan Bhatara Wisnu, dan Pura Dalem sebagai tempat pemujaan Bhatara Siwa, adalah parhyangan yang merupakan jiwa dari warga desa pakraman. Segenap warga desa pakraman adalah pawongan dan batas-batas wilayah desa pakraman dengan keseluruhan bangunan dan alam yang tumbuh adalah palemahan. Pemujaan kahyangan tiga dilandasi penguatan ajaran Tri Kona dan Tri Guna mengarahkan warga

desa pakraman untuk selalu aktif kreatif sekala-niskala mengembangkan gagasan-gagasan, melakukan program aksi yang bermanfaat bagi kebahagiaan warga desa pakraman (jana hita-jagat hita), membangun alam lestari (butha hita). Desa pakraman memberikan penguatan identitas jati diri.

BAB III
Kesimpulan
            Jadi konsep Tri Hita Karana adalah suatu konsep yang pleksibel yang mudah diterapkan, ini terbukti dari sejak jaman Mataram Hindu, Kediri, Singosari, Majapahit hingga Mataram Islam dibawah Pangeran Mangkubumi di kasultanan  Ngayogjakarta  Hadiningrat, sampai dengen sekarang konsep Tri Hita Karana masih bertahan.
            Namun seiring berjalan nya waktu juga, konsep Tri Hita Karana mulai memudar dan mulai tak dihiraukan lagi. Ini terbukti dari semakin banyaknya pencemaran lingkungan, bentrok antar desa,dan lain sebagainya.
            Maka dari itu perlunya kita menyadari tingkah laku kita, baik dalam keseharian maupun dalam lingkungan. Untuk selalu ingat,paham dan selalu menerapkan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan ini. Agar konsep yang diwariskan oleh nenek moyang kita ini tidak menghilang seiring berjalannya waktu.


Saran-saran
            Marilah kita menerapkan ajaran atau konsep Tri Hita Karana, yang telah turun temurun kita ketahui dan kita pelajari.  Agar tidak sekedar kita ketahui dan kita pelajari dari buku, tanpa tau maknanya, artinya, dan bagaimana penerepannya.
Dan budayakanlah Tri Hita Karana agar dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Untuk terciptanya rasa hidup yang nyaman,tenteram,dan damai.