Sabtu, 30 Maret 2013

Dampak hiasan penjor pada masyarakat bali

Seperti yang telah diketahui halayak, masyarakat di Bali menyimpan begitu banyak budaya dan tradisi. Pada masyarakat di Bali ini, budaya dan tradisinya dipersatukan dalam suatu upacara agama. Baik itu sebagai hari raya agama maupun sebagai kepercayaan.
Disini salah satu hari raya umat hindu di bali adalah hari raya Galungan dan Kuningan. Pada setiap enam bulan sekali umat hindu di Bali pasti akan merayakan hari raya ini. Begitu pula dalam merayakan Galungan dan Kuningan ini, umat hindu pasti akan membuat Penjor.

Secarafilosofis penjor diartikan sebagai lambang perthiwi (bumi) dengan segala hasilnyayang disebut Sanghyang Anantabhoga. Juga berarti persembahan ke hadapanBatara Mahadewa yang berstana di Gunung Agung."Arti lainnya yang lebih bersifat universal adalah sebagai tanda terima kasih atassegala waranugraha (anugerah atau karunia)-Nya yang telah dilimpahkan kepadaumat manusia," Karena itu, dari segi ritual apa yang ditampilkan dalam sebuah penjor adalah berupa hasil-hasil bumi yang terkelompok ke dalam sebutan palabungkah-palagantung ditambah banten penjor.
 Akan tetapi di masa dewasa ini, penjor tidak hanya sebagai sarana dalam hari raya Galungan dan Kuningan. Inilah realita yang bisa dirasakan, sejak adanya hiasan penjor di perjual belikan. jaka meninjau dari dampak positifnya, hiasan penjor ini menjadi penopang perekonimian masyarakat, baik dari segi pengerajin maupun penjual. selain itu pula, kepraktisan menjadi daya tambah dari hiasan penjor ini, saat ini dengan uang minimal seratus ribu, sudah bisa membuat penjor tampa perlu bersusah-susah.

foto benda keramik












                    
beberapa contoh barang keramik yang gagal dan berhasil.